Selasa, 01 Februari 2011

TAMAN LAUT BANDA NEIRA: SERPIHAN SURGA JATUH DI BUMI

Kalimat judul diatas bukanlah perkataan penulis, namun keluar dari seorang peneliti terkenal Perancis beberapa tahun lalu ketika menyelam di taman laut Banda Neira,  para peminat selam di dunia yang pernah mengunjungi Banda Neira juga berkata bahwa semua taman laut yang pernah dikunjunginya tak sebanding dengan keindahan Taman Laut Banda, karena keindahannya, ragam biota laut dan berbagai kelebihan lainnya, tak heran pernyataan itu muncul dari mereka yang pernah menyelam di Banda, karena taman laut Banda memiliki sekitar 400 spesis biota laut yang tak pernah ada di pojok dunia manapun, laut Karibia  yang memiliki daya tarik penyelam sedunia hanya memiliki tidak lebih dari 20 spesis biota laut. Majalah Tamasya pernah menulis di edisi Juli 2005 bahwa salah satu dari 13 alasan mengunjungi Banda adalah karena taman lautnya yang sangat indah dan surga bagi penyelam.
Di Taman Laut Banda Neira ada sekitar 52 lokasi penyelam dengan keindahan taman lautnya yang sangat indah dan asli. Jumlah lokasi penyeleman yang begitu banyak menunjukkan begitu luas taman laut Banda Neira dan begitu ragam biota laut yang ada di sana.
Penulis pada tahun 2003-2005, dengan dana dari Menristek melakukan penelitian di Banda Neira, hasil penelitian menemukan ada 8 obyek utama alamiah pariwisata di Banda Neira, begini banyak obyek wisata alamiah ini mengalahkan daerah wisata manapun di Indonesia bahkan dunia, termasuk Bali dan Lombok. Salah satu obyek wisata alamiah yang terkenal itu adalah obyek wisata bahari yang berada di bawah laut maupun di atas laut. Sungguh mengagumkan taman laut Banda Neira, airnya yang bersih dan taman lautnya yang kadang berada di kedalaman laut yang tak dalam sehingga dari atas perahu pun pengunjung dapat menikmati keindahan taman laut Banda Neira.
Sayangnya, bahwa Kepualauan Banda yang terletak di tengah-tengah laut Banda terkesan sangat jauh dari wilayah lainnya di Indonesia, terlalu terpencil, terutama dari Jawa. Letaknya yang jauh ini tentunya menyulitkan bagi wisatawan dan penyeleman untuk datang ke Banda karena pasti memerlukan biaya yang besar, lain halnya bagi wisatawan dan penyelam luar negeri yang memiliki kemampuan dana yang lebih. Begitu pula dengan jalur transportasi yang kadang sering tertunda, lagi pula mengunjungi wisata dan taman laut Banda seyogyanya tahu betul waktunya, karena tidak semua bulan ideal datang ke Banda. Kalau wisatawan dan penyelam ingin maksimal datang ke Banda seharusnya mereka harus datang pada bulan Maret-April dan atau September-Oktober setiap tahun, karena di bulan-bulan ini laut Banda bagaikan permadani, halus, mulus, bagaikan cermin, bening tak bergelombang, sehingga ikan-ikan cakalang dan tongkol pun dapat dilihat dari permukaan laut. Tak jarang pula pada bulan-bulan ini, ikan-ikan paus memasuki teluk Banda sehingga sungguh sangat indah dan menarik datang ke Banda. Di saat ini berkunjung di Banda dan taman laut Banda Neira bagaikan kita terdampar di Surga.
Karena itu, penulis agak terkejut ketika membaca Majalah National Geographi Vol. 1 No. 3, 2009, tertulis “Surga Bawah Laut; Peringkat Lokasi penyelaman terbaik se-Indonesia”. Ada 16 lokasi penyelaman terbaik di Indonesia, sayangnya Cagar Alam dan Taman Laut Banda tak ada di daftar tersebut. Ada beberapa pertanyaan ketika membaca tulisan tersebut, apakah penulis artikel itu  pernah berkunjung ke Banda Neira dan menyelam di Taman Laut Banda Neira?. Apa sebenarnya kreteria terbaik pada tulisan itu. Tapi biarlah tulisan itu dibaca pembacanya tanpa di bantah, akan tetapi terpenting yang perlu dipertanyakan adalah sebenarnya, selama ini, apa yang telah dilakukan Pemda Maluku Tengah dan Pemda Prop. Maluku terhadap obyek wisata dan Taman Laut Banda Neira ini, bagaimana pula peran masyarakat lokal dan internasional terhadap kekayaan dunia Cagar Alam dan Taman Laut Banda Neira ini?.
Taman Laut Banda Neira yang sangat terkenal sejak abad 7-15 merupakan warisan alamiah dunia yang saat ini terabaikan begitu saja oleh Pemda Maluku Tengah atau Pemda Prop. Maluku. Beberapa bulan terakhir penulis mengunjungi Banda Neira, terlihat dan terdengar keras bahwa objek-objek wisata di sana tak pernah tersentuh oleh perhatian Pemda Maluku Tengah maupun Pemda Prop. Maluku, pada hal beberapa tahun sebelum kerusuhan di Maluku, apabila kita tiba di Lapangan Udara Pattimura Ambon, tertulis besar-besar bahwa Banda Neira Pusat Pariwisata Maluku. Tapi mengapa saat ini begitu merana, bagaikan seorang janda tua tak beranak dan sanak keluarga. Tidak ada usaha promosi yang dapat kita temukan dimana saja tentang obyek wisata ini, tidak ada usaha pembinaan terhadap masyarakat lokal untuk menyelamatkan taman laut Banda Neira sebagai warisan dunia. Pada hal masyarakat Banda Neira akan hidup kaya raya hanya dengan mengolah pariwisata dan taman laut Banda, mereka tak perlu menanam Pala, tak perlu menanam Cengkeh, tak perlu menangkap ikan Tuna. Pariwisata dan taman laut Banda dapat menjamin kehidupan mereka dengan pendapatan perkapita diatas 2000 UD/tahun. Tentu kemakmuran ini akan menyebar pula ke daerah lain di Maluku Tengah apabila wilayah Banda Neira makmur dengan pariwisata dan Taman Laut Banda tersebut. 
Pemda Maluku Tengah dan Pemda Prop. Maluku perlu memperhatikan sungguh-sungguh pengembangan Pariwisata dan Taman Laut Banda ini, karena disamping akan meningkatkan ekonomi dari pemasukan devisa, tanggungjawab mengembangkan daerah wisata dan taman laut terkenal ini adalah amanah masyarakat dunia. Upaya meningkatkan pariwisata dan taman laut Banda dapat dilakukan dengan beberapa cara; (1) meningkatkan peran serta masyarakat lokal, nasional dan internasional terhadap pengelolaan dan pembinaan pariwisata dan taman laut Banda, (2) berupaya semaksimal mungkin untuk mempromosikan pariwisata dan taman laut Banda ini ke tingkat nasional maupun internasional secara berkala dan serius, (3) membuat satu perencanaan terpadu bagi pengembangan pariwisata di Maluku Tengah, termasuk Banda Neira sebagai sentral pariwisata di Maluku, (4) membantu masyarakat Banda agar memiliki kalender wisata dimana event-event penyelaman ada di dalamnya, (5) memekarkan kecamatan Banda  menjadi Kota Banda, sehingga masyarakat Banda dapat mengurus diri mereka sendiri didalam mengembangkan potensi daerah dibidang pariwisata yang sungguh luar biasa ini, (6) masyarakat Banda didorong agar dapat memiliki kemampuan internal berdasarkan kearifan lokal yang ada untuk mengembangan dan menyelamatkan potensi daerah khususnya kepariwisataan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar